Pages

Tuesday, February 3, 2009

Pemimpin Kesabaran

Assalamualaikum wbt

sedikit perkongsian untuk semua=)


Kata sabar disebutkan dalam Al-Qur'an di lebih dari 90 tempat. Dari jumlah itu, ada yang berisi pujian terhadap orang-orang yang sabar, ada yang berisi berita tentang pahala yang bakal mereka dapatkan nanti di akhirat, dan ada juga yang berisi tentang keuntungan duniawi bagi mereka. Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk selalu bersabar dalam hidup ini. Ia berfirman, "Maka bersabarlah kamu dengan baik."
(QS. Al-Ma'aarij [70] : 5).


Maksud ayat tersebut yaitu, "Wahai Muhammad! Jika engkau melihat kebatilan menantang, para tiran menghadang ketika engkau merasa kekurangan harta sementara kebutuhanmu banyak, ketika engkau sedih dan berduka cita, ketika orang-orang yang engkau kasihi berkurang, para pembelamu bercerai-berai dan sahabat-sahabatmu di bunuh ketika musuh-musuhmu bertambah, ketika para pembencimu menggila dan ketika kaum jahiliyah bersatu mencercamu, ketika mereka memasang duri dan onak di jalanmu, ketika mereka merancang rintangan untukmu dan ketika mereka merencanakan keburukan terhadapmu, ketika anak-anak lelaki dan perempuan, orang-orang terkasihmu, dan kerabatmu meninggal dunia, maka "bersabarlah kamu dengan baik".

"
Sewaktu Rasulullah tinggal di Makkah, para kerabat dan orang-orang yang ia cintai memusuhinya, para paman mengenyahkannya, orang-orang yang dekat dengannya -apalagi yang jauh- berusaha membunuhnya. Kendati demikian, beliau tetap manusia yang paling sabar. Beliau seorang yang miskin. Untuk mengganjal rasa lapar dan haus, beliau meletakkan batu di perutnya. Beliau memang manusia paling sabar. Putra beliau, Ibrahim, yang baru berusia dua tahun, meninggal di pangkuannya sendiri. Beliau tatap putra kesayangannya yang begitu dekat di hati, sementara air matanya deras tak terbendung berjatuhan membanjiri pipi sang putra yang tak lagi bernapas. Namun, beliau tetap manusia paling sabar. Beliau bersabda, "Meski air mata keluar dan hati sedih, tapi kami tidak mengatakan selain yang diridhai oleh Tuhan kami. Sesungguhnya (kami) atas perpisah­an denganmu, wahai Ibrahim, merasa begitu sedih." (HR. Bukhari).

Khadijah, istri tercinta yang cerdas nan teguh dan meneguhkan, juga meninggal dunia sewaktu Rasulullah SAW masih amat membu­tuhkannya. Pada saat orang-orang jahiliah seperti keranjingan me­nyakiti Rasulullah SAW, selalu setia menemani. Kepadanya Rasulullah SAW selalu mengadu tentang kedengkian dan kejahatan musuh dan tentang rasa khawatir beliau atas dirinya. Saat Rasulullah SAW rneng­adu, Khadijah menenangkan beliau dengan kata-kata bijaknya. Khadijah meninggal di tahun yang sarat dengan kesedihan bagi Rasulullah SAW (am al-huzn / tahun duka cita). Namun, di saat-saat seperti itu, Rasulullah SAW tetap manusia yang paling sabar, sebab Allah berfirman kepada beliau, "Maka bersabarlah kamu dengan baik." (QS. Al-Ma'arij [70] : 5).

Orang-orang kafir Quraisy, para kerabat, dan paman-paman Rasulullah SAW bersekongkol untuk membunuh beliau. Ketika beliau memasuki rumahnya, lima puluh pemuda datang. Masing-masing menghunuskan pedangnya yang siap menumpahkan darah Nabi SAW. Semuanya membawa kedengkian, kebencian, dan permusuhan amat mendalam, dan karena itu semua mereka siap membunuh beliau. Ketika mereka mengepung rumah Rasulullah SAW, beliau tetaplah manusia yang paling sabar. Dengan tenang, Rasulullah SAW ke luar dari rumahnya, sedang mereka dilanda rasa kantuk yang tak tertahankan. Ke atas kepala mereka Rasulullah SAW menebarkan debu tanah, sebab Allah SWT berfirman kepada beliau, "Maka bersabarlah kamu dengan baik." Segera setelah Rasulullah SAW menebarkan debu tanah ke atas kepala mereka, pedang-pedang yang sedang mereka hunus berjatuhan dari tangan mereka, sedang Rasulullah SAW membacakan untuk mereka ayat ini, "Dan Kami letakkan di hadapan mereka dinding dan di belakangan mereka dinding dan Kami tutup (mata) mereka sehingga tidak dapat melihat." (QS. Yasin [36] : 9).

Rasulullah SAW pergi dari rumahnya menuju Gua Tsur untuk bersembunyi dari kejaran musuh. Mereka mengejar beliau dan naik ke atas gua, lalu turun ke dekat mulut gua. Mereka mengepung gua itu, bahkan bermaksud memasukinya. Akan tetapi, sebelum mereka sempat memasukinya, Allah telah memerintahkan laba-laba untuk membuat sarang dan burung merpati untuk bertelur di mulut gua itu. Maka mereka pun tidak jadi memasuki gua. Abu Bakar yang ber­ada di dalam gua bersama Rasulullah SAW berkata, "Wahai Rasulullah, kalau saja salah seorang dari mereka yang berada di atas gua ini me­lihat ke tempat kedua kakinya berpijak, tentulah ia akan melihat kita." Beliau yang amat yakin atas pertolongan Allah, hanya tersenyum dan bersabda, "Wahai Abu Bakar, apa pendapatmu tentang dua orang dan yang ketiganya adalah Allah." (HR. Bukhari). Lalu beliau membacakan ayat, "Janganlah kamu berduka-cita, sesungguhnya Allah bersama kita." (QS. At-Taubah [9] : 40).

Rasulullah SAW ke luar dari gua, dan orang-orang kafir tidak tahu kalau beliau bersembunyi di dalam gua. Beliau segera menuju Madinah. Rupanya, Suraqah ibn Malik mengejarnya dari belakang sambil membawa panah dan pedang. Melihat Suraqah mengejar, Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh ia telah dekat dengan kita." Untuk kedua kalinya Rasulullah SAW tersenyum, sebab beliau yakin bahwa risalah yang dibawanya akan menang dan orang-orang kafir akan mati. Beliau yakin bahwa dakwah yang dibelanya akan berjaya sedang orang-orang durhaka itu akan binasa, bahwa ajaran-ajaran yang disebarkannya akan menang, sedang kejahiliahan akan lenyap. Sekali lagi Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Bakar, "Wahai Abu Bakar, apa pendapatmu tentang dua orang dan yang ketiganya adalah Allah?" (HR. Bukhari).


Suraqah semakin dekat. Rasulullah SAW berdo'a kepada Allah untuk keselamatan dirinya dari kejahatan Suraqah. Maka kaki kuda yang sedang dinaiki Suraqah terpeleset. Suraqah jatuh dari kudanya. Ia bangkit lagi dan kembali naik ke atas punggung kuda, dikejarnya kembali Rasulullah SAW. Beliau berdo'a lagi, dan Suraqah jatuh lagi dari kudanya. Ia berkata, "Tolonglah aku, wahai Rasulullah!" Perjalanan Rasulullah SAW ke Madinah sudah dimulai. Dalam perjalanannya, beliau memikul berbagai kesulitan dan kesedihan baru dalam hidupnya, di antaranya rasa lapar. Untuk mengurangi rasa lapar itu, beliau mengganjalkan batu ke perutnya. Beliau tidak menemukan seorang pun yang mau memberinya satu biji kurma saja. Di manakah orang-orang kaya pemilik makanan yang banyak dan lezat itu? Beliau ikut bertempur melawan musuh dalam Perang Uhud.

Dalam perang ini, para sahabat beliau menelan kekalahan dari kaum Musyrik. Beberapa pentolan sahabat gugur menjadi syahid, terutama paman beliau sendiri, Hamzah. Seusai perang, beliau menatap para korban perang yang tewas. Beliau tatap Hamzah yang sudah ter­geletak tak berdaya lagi, beliau pandangi Sa'ad ibn Ar-Rabi' yang sudah tercabik-cabik, juga Anas ibn An-Nadhr. Air mata beliau me­netes tak tertahankan, mengalir membasahi janggutnya yang mulia. Meski air mata menitik, beliau masih tetap tersenyum, sebab Allah berfirman, "Maka bersabardah kamu dengan baik."
(QS. Al-Ma'aarij [70] : 5).

Rasulullah SAW pulang. Beberapa waktu berselang, beliau mengutus kembali para pejuangnya ke Mu'tah dan negeri Urdun (Yordania) untuk melawan pasukan Romawi. Tiga panglima perang yang ditunjuk beliau gugur sebagai syahid pada waktu yang bersamaan. Mereka adalah Ja'far Ath-Thayyar ibn 'Ammihi, 'Abdullah ibn Rawahah, dan Zaid ibn Haritsah. Sambil menangis, beliau masih juga melepas­kan senyumnya, sebab Allah menyuruhnya, "Maka bersabarlah karnu dengan baik." (QS. Al-Ma'arij [70] : 5).

Kemudian kaum munafik, orang-orang kafir, kaum Musyrik, orang-orang Yahudi, dan orang-orang Nasrani bersatu bahu-mem­bahu mengepung kota Madinah. Untuk membentengi kota Madinah dari serangan mereka, Rasulullah SAW bersama para sahabat meng­gali parit. Beliau melepaskan baju, di perutnya ada beberapa buah batu pengganjal lapar. Ketika beliau memecahkan batu dengan palu saat menggali parit, terpercik api dari batu yang dipecahkan itu.
Ketika itu beliau bersabda, "(Percikan api) ini adalah kerajaan Kisra dan Kaisar. Demi Allah, aku melihat istana mereka berdua (pada percik­an itu), dan sesungguhnya Allah akan menaklukan mereka bagiku."

Mendengar itu, orang-orang munafik tertawa sembari berkata, "Orang yang segenggam kurma saja ia tidak punya (maksudnya Nabi SAW), tiba-tiba membawa berita gembira tentang takluknya Kisra dan Kaisar di tangannya!" Mendengar ejekan mereka, Rasulullah SAW hanya tersenyum, sebab Allah memerintahkan beliau, "Maka ber­sabarlah kamu dengan baik."
Dua puluh lima tahun kemudian, pasukan dan para pejuang Rasulullah SAW pergi dari Madinah untuk menaklukan kekuasaan Kisra dan Kaisar, dan para tentara Allah itu meraih kemenangan besar. Wilayah kekuasaan Kisra dan Kaisar berhasil ditaklukan. Bukan cuma itu, wilayah-wilayah lain juga pada akhirnya berhasil dikuasai, seperti Transoxiana, Tazekistan, Kabul, Samarkand, kawas­an Sungai Indus, India, dan Spanyol.

Itulah salah satu buah dari senyuman dan kesabaran Rasulullah SAW.
Ketika salah seorang Arab Badui datang dari padang pasir mene­mui Rasulullah SAW, kemudian ia menarik beliau dengan baju man­telnya, lalu menyeretnya di hadapan orang-orang sambil tertawa, Rasulullah SAW tetap bersabar, sebab Allah telah mewanti-wantinya, "Maka bersabarlah kamu dengan baik." Lihatlah kesabaran yang diperagakan Rasulullah SAW. Sesung­guhnyalah pada kesabaran Nabi SAW itu terkandung sejumlah pelajaran yang sangat berharga. Seandainya umat manusia menya­darinya, pastilah mereka akan menjadi warga dunia yang diliputi dengan kebaikan, keadilan, dan kedamaian. Tetapi, di manakah gerangan orang-orang yang mau membaca kisah hidup beliau? Di manakah orang-orang yang mau meresapi ajaran-ajarannya?

Rasulullah SAW biasa tidur di atas tikar kasar dari pelepah kurma. Saat bangun tidur, tikar yang kasar itu membekas di tubuh beliau. Ketika hari teramat panas, beliau tidur di atas tanah karena tidak punya kain yang dapat dijadikan alas tidur. Walau begitu, beliau tetap manusia yang paling sabar, sebab Allah menyuruhnya, "Maka ber­sabarlah kamu dengan baik."
Ketika menghadapi sakaratul maut, malaikat pencabut nyawa bertanya kepada beliau, "Apakah engkau ingin tetap hidup?" Beliau menjawab, "Tidak, melainkan ingin bersama Tuhan yang Mahatinggi (Ar-RafIq Al-A'la)." (Sebanyak tiga kali) (HR. At-Thirmidzi).

Betapa agungnya kehidupan Rasulullah SAW. Betapa bersinarnya akhlak beliau. Betapa indah dan menawannya perilaku Nabi SAW selama hidupnya, beliau selalu berhiaskan kesabaran yang indah sesuai dengan perintah Tuhannya. Kesabaran yang indah adalah kesabaran yang tidak ada peng­aduan di dalamnya. Artinya, Anda bersabar dan Anda tidak pernah mengadu kepada siapa pun selain kepada Allah SWT, sebab tidak ada yang kuasa menghilangkan kemudharatan selain Allah, tidak ada yang dapat mengabulkan do'a selain Allah, tidak ada yang dapat memberi kecukupan dari kemiskinan selain Allah, tidak ada yang dapat menyembuhkan penyakit selain Allah, dan tidak ada yang sanggup mengobati derita selain Allah.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW tidak pernah mengadukan rasa sedih dan gundahnya selain kepada Allah.
Dalam kejadian-kejadian sebagaimana yang telah disebutkan di atas, Rasulullah SAW selalu sabar menghadapinya. Beliau amat mengamalkan perintah Allah di atas. (QS. Al-Ma'arij [70] : 5).

Kita memohon kepada Allah semoga Ia menjadikan kita termasuk orang-orang yang bersabar.



Sumber : Al-Qur'an Berjalan - DR. A'id 'Abdullah Al-Qarni

0 comments: